Trump dan Putin Akan Bertemu di Budapest: Bahas Gencatan Senjata Perang Ukraina
Budapest, Hongaria – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana pertemuan kedua dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam dua pekan ke depan. Pertemuan ini akan digelar di Budapest, dengan tujuan utama mencapai gencatan senjata dalam perang Rusia-Ukraina yang kini memasuki tahun keempat.
Langkah ini muncul setelah pembicaraan telepon selama dua jam antara kedua pemimpin pada Kamis (waktu setempat), di mana mereka membahas kemungkinan penyelesaian diplomatik atas konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan infrastruktur Ukraina.
“Saya pikir kita akan berhasil. Kita bisa menyelamatkan banyak nyawa,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Pertemuan Kedua Trump dan Putin: Akankah Ada Terobosan Damai di Ukraina?
Pertemuan sebelumnya antara Trump dan Putin di Alaska pada Agustus lalu berakhir tanpa hasil. Namun, Trump menyebut pertemuan itu sebagai "panggung awal" bagi dialog yang lebih serius.
Penasihat Kremlin, Yuri Ushakov, membenarkan bahwa Putin menyambut baik usulan Trump untuk menggelar KTT di Budapest, dan menggambarkan pembicaraan keduanya sebagai "substantif dan jujur".
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban pun langsung merespons melalui platform X (Twitter):
“Kami siap!”
AS dan Rusia Gelar Pembicaraan Tingkat Tinggi Jelang KTT Budapest
Trump mengonfirmasi bahwa sebelum KTT, akan ada pembicaraan diplomatik tingkat tinggi antara Washington dan Moskwa. Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio, sementara Rusia akan diwakili Menlu Sergei Lavrov.
Topik utama yang dibahas:
- Gencatan senjata di Ukraina
- Perdagangan AS-Rusia pascaperang
- Potensi bantuan militer AS ke Ukraina, termasuk rudal Tomahawk
Rudal Tomahawk Jadi Isu Sensitif antara Trump, Zelenskiy, dan Putin
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menekan Trump agar mengizinkan pengiriman rudal jarak jauh Tomahawk ke Ukraina. Rudal tersebut memungkinkan Kyiv menyerang target strategis di dalam wilayah Rusia.
Namun, Trump menyiratkan keragu-raguan setelah berdiskusi dengan Putin:
“Kita punya banyak, tapi kita membutuhkannya. Kita tidak bisa menghabiskannya untuk negara lain.”
Putin disebut “tidak menyukai” wacana pengiriman Tomahawk ke Ukraina, menurut Trump.
Zelenskiy tetap bersikeras bahwa tekanan militer — termasuk ancaman penggunaan Tomahawk — adalah kunci untuk memaksa Moskwa kembali ke meja perundingan.
Serangan Rusia Terus Berlanjut, Ukraina Minta Bantuan Lebih dari AS
Menjelang pertemuan Trump-Zelenskiy di Gedung Putih pada Jumat, Ukraina melaporkan serangan udara besar-besaran yang menghancurkan infrastruktur energi di tengah mendekatnya musim dingin. Lebih dari 50% produksi gas domestik Ukraina dilaporkan rusak parah akibat serangan Oktober lalu.
Dalam pertemuan keempat mereka tahun ini, Zelenskiy diperkirakan akan:
- Meminta tambahan sistem pertahanan udara
- Menawarkan kemitraan produksi drone militer
- Memohon bantuan energi dan infrastruktur
- Menyerukan sanksi baru terhadap Rusia
Sanksi Ekonomi Terbaru: Trump vs Kongres
Setelah panggilan telepon Trump-Putin, Pemimpin Mayoritas Senat John Thune menyatakan siap mengadakan pemungutan suara untuk menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara yang berdagang dengan Rusia.
Namun, Trump memperingatkan agar langkah itu ditunda:
“Ini mungkin bukan waktu yang tepat.”
Sebaliknya, Trump fokus pada tekanan diplomatik. Ia mengklaim PM India Narendra Modi telah setuju untuk berhenti membeli minyak Rusia — meskipun Kementerian Luar Negeri India membantah adanya kesepakatan tersebut
Trump Jadikan Ukraina Isu Kunci Kampanye Pilpres 2024
Setelah mengamankan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, Trump menjadikan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina sebagai janji kampanye utama.
Ia bahkan pernah sesumbar mampu mengakhiri perang Ukraina dalam satu hari jika kembali menjabat. Namun sejauh ini, Putin tetap tidak menunjukkan niat untuk berkompromi, bahkan meningkatkan serangan ke wilayah Ukraina.
Mampukah Trump Capai Gencatan Senjata Ukraina-Rusia?
Pertemuan Trump dan Putin di Budapest akan menjadi momen penting dalam upaya diplomatik global. Dunia akan menyaksikan apakah mantan Presiden AS ini mampu mendorong solusi damai untuk salah satu konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.
Sementara itu, Ukraina berharap dukungan militer dan ekonomi dari AS tetap mengalir di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Moskwa.







