Presiden Donald Trump menetapkan ujian loyalitas ketat bagi calon Ketua Federal Reserve (Fed) berikutnya. Ia menuntut setiap kandidat berkomitmen menurunkan suku bunga, bahkan ketika ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang berkinerja prima. Pernyataan ini diposting Trump di Truth Social pada Selasa lalu, tepat setelah rilis data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga yang mencapai 4,3% secara tahunan—jauh melampaui ekspektasi Wall Street sebesar 3,2%.
Poin-Poin Penting dari Pernyataan Trump
Ultimatum Langsung: Trump secara tegas mengaitkan jabatan Ketua Fed dengan pandangan ekonominya. "Siapa pun yang tidak setuju dengan saya tidak akan pernah menjadi Ketua Fed!" tulisnya, menekankan keselarasan ideologi sebagai syarat mutlak.
Kritik terhadap Mekanisme Pasar: Ia menyoroti "pasar modern" yang tetap stagnan atau bahkan turun meski ada berita positif, disebabkan kekhawatiran inflasi. Trump menyerukan kembalinya pasar "alami" yang menguat berdasarkan data kuat saja.
Pergeseran Kebijakan: Trump menolak praktik konvensional bank sentral yang menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi "potensial". "Pasar yang kuat, bahkan pasar yang fenomenal, tidak menyebabkan inflasi—kebodohanlah yang menyebabkannya!" tegasnya. Ia menambahkan keinginannya agar Ketua Fed baru "menurunkan suku bunga jika pasar berjalan dengan baik."
Target Pertumbuhan Ambisius: Tanpa "campur tangan" Fed, Trump yakin AS bisa capai PDB 10%, 15%, atau bahkan 20% dalam setahun.
Konteks Ekonomi Lebih Luas
Data PDB 4,3% tertunda dua bulan akibat penutupan pemerintah baru-baru ini. Trump menyebutnya sebagai bagian dari "Zaman Keemasan" yang didorong tarif perdagangan. Namun, laporan juga ungkap inflasi PCE inti 2,8%—masih di atas target Fed 2,0%. Pasar bereaksi hati-hati: imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, karena investor khawatir Fed pertahankan suku bunga stabil pada pertemuan Januari mendatang.
Secara historis, independensi Fed sering jadi sorotan di era Trump, yang pernah mencoba pecat Powell pada 2018. Pernyataan terbaru ini berpotensi picu perdebatan soal kemandirian bank sentral di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi.







