Bursa Saham AS Kembali Melemah di Tengah Laporan Laba yang Beragam
Bursa saham Amerika Serikat ditutup turun pada perdagangan Rabu malam, seiring investor menilai hasil laporan keuangan sejumlah perusahaan besar yang bervariasi serta meningkatnya kekhawatiran mengenai hubungan dagang antara Washington dan Beijing.
Indeks S&P 500 Futures tercatat melemah 0,2% ke 6.726 poin, sementara Nasdaq 100 Futures juga turun 0,2% ke 24.986 poin. Indeks Dow Jones Futures terkoreksi 0,3% ke 46.641 poin, menandakan sikap hati-hati pelaku pasar menjelang rilis data inflasi konsumen AS.
Tesla Tekan Wall Street Setelah Laba Turun Tajam
Saham Tesla (NASDAQ: TSLA) menjadi sorotan utama setelah perusahaan mencatat pendapatan kuartalan rekor sebesar $28,1 miliar, sedikit melampaui ekspektasi analis. Namun, laba bersihnya anjlok 37% akibat kenaikan biaya penelitian, pengembangan, serta tarif impor yang menekan margin keuntungan.
Kendati penjualan meningkat karena banyak pembeli berusaha memanfaatkan kredit pajak federal $7.500 untuk kendaraan listrik sebelum batas waktu 30 September, saham Tesla tetap tertekan — turun hampir 1% pada sesi reguler dan melemah lagi 4% dalam perdagangan setelah jam bursa.
Emiten Teknologi dan Industri Ikut Tertekan
Tekanan di Wall Street tidak hanya datang dari Tesla. Emiten besar lain seperti GE Vernova (NYSE: GEV) juga gagal memenuhi ekspektasi laba meskipun mencatatkan pendapatan lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, IBM (NYSE: IBM) melaporkan kinerja yang melampaui estimasi, namun perlambatan pertumbuhan di unit hybrid-cloud membuat sahamnya anjlok sekitar 5% di perdagangan after-hours.
Saham Apple (NASDAQ: AAPL) pun melemah 1,7% setelah laporan dari Nikkei menyebutkan bahwa perusahaan memangkas produksi model iPhone Air dan memindahkan fokus ke seri iPhone 17 yang akan datang.
Ketegangan Dagang AS–Tiongkok Kembali Meningkat
Selain faktor korporasi, kekhawatiran geopolitik kembali mencuat setelah laporan Reuters menyebutkan bahwa pemerintahan AS sedang mempertimbangkan pembatasan baru terhadap ekspor barang yang mengandung perangkat lunak buatan Amerika ke Tiongkok.
Langkah ini dinilai sebagai tanggapan atas kebijakan Beijing yang membatasi ekspor tanah jarang (rare earth) — bahan vital dalam industri semikonduktor, kedirgantaraan, dan elektronik global. Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran baru akan potensi eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia menjelang pertemuan Presiden Donald Trump dan Xi Jinping.
Pasar Tunggu Data Inflasi dan Arah Kebijakan The Fed
Investor kini menanti rilis data inflasi konsumen (CPI) AS yang dijadwalkan pada hari Jumat. Data ini menjadi acuan penting bagi Federal Reserve untuk menentukan langkah kebijakan suku bunga berikutnya.
Jika inflasi menunjukkan kenaikan, dolar AS berpotensi menguat sementara tekanan terhadap saham berisiko bisa bertambah. Sebaliknya, inflasi yang melambat dapat membuka peluang pemulihan jangka pendek di pasar saham.
Dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian, investor disarankan untuk tetap berhati-hati, fokus pada fundamental, dan memantau dinamika kebijakan perdagangan internasional yang terus berkembang.







