fxstreet.com : Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok sebanyak 400 poin dan menyentuh level terendahnya pada hari Kamis, mencapai valuasi terendah dalam hampir dua minggu. Pelemahan tajam ini terjadi di tengah tekanan besar pada saham-saham teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI), ketika para investor melakukan rotasi portofolio secara luas dari sektor yang sebelumnya paling diunggulkan. Data ekonomi Amerika Serikat pada pekan ini didominasi oleh rilis data swasta yang volatil akibat penutupan pemerintah federal yang masih berlangsung, semakin memperbesar kekhawatiran pasar mengenai reliabilitas dan akurasi data ekonomi yang tersedia. Kondisi ini memicu kekhawatiran investor atas angka rilis data yang semakin sulit digunakan sebagai acuan utama, mengingat data swasta memiliki rekam jejak korelasi yang kurang konsisten dengan data resmi pemerintah berskala besar.
Penurunan harga saham teknologi yang berkepanjangan telah menyeret pergerakan seluruh indeks, dengan Dow Jones sempat terkoreksi tajam di bawah level 47.000 atau turun sekitar 2,6% dari level tertingginya di atas 48.000 yang tercapai akhir Oktober. Koreksi ini juga terlihat jelas pada saham-saham teknologi papan atas seperti Salesforce (CRM), Nvidia (NVDA), dan Microsoft (MSFT) yang seluruhnya jatuh ke zona merah. Sentimen pasar kini mulai beralih dari optimisme menuju kehati-hatian, khususnya terhadap valuasi tinggi serta rasio P/E forward yang selama ini dianggap bisa bertahan berabad-abad. Para investor mulai mempertanyakan kelayakan level harga saat ini, mengingat proyeksi pendapatan dari proyek-proyek berbasis AI masih belum mampu memenuhi ekspektasi jangka pendek.
Tekanan eksternal semakin bertambah setelah data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Challenger di AS menunjukkan kerugian bersih lebih dari 153 ribu posisi pekerjaan selama bulan Oktober. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak April tahun ini, sejalan dengan momen ketika Presiden Donald Trump secara resmi mengumumkan strategi tarif yang makin luas dan masif, walaupun implementasinya kala itu menghadapi serangkaian penundaan. Bila tidak memperhitungkan era pandemi Covid, angka bulan ini menjadi laporan PHK Challenger terburuk kedua dalam sejarah sejak pengumpulan data dimulai, menandakan adanya perlambatan ekonomi yang semakin nyata.
Penutupan pemerintah federal yang berkepanjangan telah tercatat sebagai penutupan terlama dalam sejarah Amerika Serikat. Situasi ini menggarisbawahi pernyataan Presiden Donald Trump bahwa seorang Presiden, siapapun yang memegang jabatan, bertanggung jawab penuh dalam mengakhiri penutupan pemerintahan secepat mungkin. Kekosongan aktivitas pemerintah menyebabkan data resmi menjadi tidak aktif dan mendorong investor untuk lebih banyak bergantung pada sumber data swasta. Sayangnya, data tersebut cenderung lebih volatil, kurang konsisten, dan memiliki korelasi yang lemah terhadap data resmi, sehingga menambah ketidakpastian di pasar finansial.
Secara keseluruhan, ketidakpastian makro dan volatilitas pasar ekuitas cenderung tetap tinggi dalam waktu dekat, khususnya sampai ada kepastian terkait berakhirnya penutupan pemerintah AS dan stabilnya laporan ekonomi resmi. Faktor-faktor eksternal seperti perkembangan strategi tarif Washington dan tren PHK di sektor swasta juga diperkirakan tetap membayangi sentimen pasar secara umum.







