AS Tegaskan Pertemuan Trump dan Xi Tetap Berlangsung Meski Ketegangan Ekspor Logam Tanah Jarang Meningkat
Washington, D.C. – Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, menegaskan bahwa pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping masih direncanakan, meskipun ketegangan perdagangan terkait pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh China terus meningkat.
Dalam wawancara dengan Fox Business, Bessent menyampaikan bahwa komunikasi antara AS dan China berlangsung intens, terutama menyusul kebijakan Beijing yang memperketat kontrol ekspor sejumlah logam tanah jarang yang penting bagi industri global. Kebijakan ini dianggap sebagai langkah proteksionis yang memicu respons tegas dari pemerintah AS.
“Pertemuan antara kedua pemimpin tetap dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan,” ujar Bessent. Namun, ia menegaskan bahwa AS membuka semua opsi sebagai respons atas pembatasan ekspor tersebut.
Sebagai bentuk reaksi, Presiden Trump telah mengancam membatalkan partisipasinya dalam KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akhir bulan ini dan berencana menerapkan tarif tambahan sebesar 100% atas produk impor asal China mulai 1 November.
“China mencoba memengaruhi rantai pasokan dan basis industri global melalui kebijakan ekspor yang ketat, dan kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi,” kata Bessent.
Upaya Diplomasi dan Dukungan Global
Bessent juga menyampaikan bahwa AS tengah menjalin koordinasi dengan sekutu internasional seperti negara-negara Eropa, India, serta mitra demokrasi di Asia guna membangun dukungan terhadap langkah-langkah yang akan diambil.
Pekan ini, delegasi AS dijadwalkan melakukan pertemuan tingkat staf dengan pejabat China di Washington dalam rangka pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Selain itu, Bessent berencana bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China sebelum berlangsungnya pertemuan puncak antara Trump dan Xi.
Pilihan Respons yang Siap Dilakukan AS
Mengenai opsi balasan terhadap China, Bessent menyatakan bahwa pemerintah AS memiliki berbagai alternatif yang dapat diterapkan, termasuk tindakan di bidang teknologi, mineral strategis, hingga layanan keuangan. Ia menegaskan kesiapan AS untuk mengambil langkah yang diperlukan demi melindungi kepentingan nasional dan ekonomi.
“Presiden Trump memiliki banyak opsi, termasuk berbagai kebijakan balasan yang sudah kami terapkan sebelumnya,” ungkap Bessent. Beberapa tindakan tersebut meliputi pembatasan terhadap bahan baku penting, peralatan mesin, serta komponen pesawat.
Tantangan dan Harapan
Bessent menduga pembatasan ekspor China mungkin didorong oleh kelompok garis keras di Beijing yang ingin memperkuat posisi mereka menjelang pertemuan bilateral. Meski demikian, ia optimis bahwa dialog yang sedang berlangsung dapat membuka peluang untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.
“Kami terus berkomunikasi dan berharap dapat mencapai solusi yang dapat diterima kedua belah pihak,” tutup Bessent.







