Pasar Saham Asia Lesu Menjelang Sinyal Kebijakan The Fed di Jackson Hole
Jakarta – Pasar saham Asia diprediksi akan dibuka dengan sentimen negatif seiring ketidakpastian menjelang pertemuan penting Federal Reserve (The Fed) dan perkembangan pembicaraan damai antara AS dan Rusia terkait konflik Ukraina.
Kontrak berjangka saham menunjukkan pergerakan datar di Tokyo dan Hong Kong, sementara Sydney diproyeksikan mengalami penurunan tipis menyusul penutupan S&P 500 yang stabil. Intel Corp menjadi salah satu saham yang tertekan setelah muncul kabar bahwa pemerintah AS berencana mengambil alih 10% kepemilikannya.
Di sisi komoditas, harga minyak bergerak stabil setelah sebelumnya menguat pada Senin (19/8), didorong oleh upaya Presiden AS untuk memediasi pertemuan antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik dua basis poin, dan Indeks Dolar Spot Bloomberg menguat 0,2%.
A. Jackson Hole Jadi Sorotan Utama PasarPekan ini menjadi momen krusial bagi pasar keuangan global seiring digelarnya Simposium Kebijakan Ekonomi Tahunan The Fed Kansas City di Jackson Hole, Wyoming, pada Kamis (22/8). Forum bergengsi ini sering kali menjadi ajang bagi The Fed untuk memberikan sinyal kebijakan moneter ke depan.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan mengumumkan kerangka kebijakan baru terkait target inflasi dan ketenagakerjaan pada Jumat (23/8). Pidatonya juga mungkin memberikan petunjuk mengenai arah suku bunga menjelang pertemuan September.
Chris Larkin, analis dari E*Trade Morgan Stanley, menyatakan, "Pasar saat ini cenderung memprediksi bahwa pelemahan pasar tenaga kerja akan lebih berpengaruh daripada risiko inflasi dalam keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga."
B. Spekulasi Pemotongan Suku Bunga MenguatMenurut Jason Pride dan Michael Reynolds dari Glenmede, pidato Powell di Jackson Hole akan menjadi fokus utama pekan ini. Perdebatan kini bergeser dari "apakah The Fed akan memotong suku bunga" menjadi "seberapa besar dan seberapa cepat pemotongan tersebut."
"Peluang penurunan suku bunga pada September semakin kuat, didorong inflasi yang terkendali dan perlambatan di pasar tenaga kerja," ujar mereka.
Pasar obligasi juga mengindikasikan hal serupa. Imbal hasil obligasi Treasury dua tahun terus menurun seiring ekspektasi pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September. Sentimen ini semakin kuat setelah laporan tenaga kerja Juli yang mengecewakan, meski sedikit teredam oleh data inflasi pekan lalu.
Scott Wren dari Wells Fargo Investment Institute menambahkan, "Jika The Fed benar-benar akan memangkas suku bunga bulan depan, Jackson Hole akan menjadi momen penting untuk mencari petunjuk lebih lanjut."
C. Kekhawatiran Terhadap Kebijakan The Fed yang Terlalu LonggarMeski pasar memperkirakan 80% kemungkinan pemotongan suku bunga pada September, beberapa analis mengingatkan risiko kebijakan yang terlalu agresif.
Matt Maley dari Miller Tabak memperingatkan, "The Fed akan menciptakan gelembung ekonomi yang lebih besar jika terus memangkas suku bunga secara agresif. Ini bisa memicu masalah serius ketika gelembung tersebut akhirnya pecah."
D. Pergerakan Pasar Terkini- Kontrak berjangka Hang Seng: Naik 0,1% (07.23 Tokyo)
- Kontrak berjangka S&P/ASX 200: Turun 0,3%
- Kontrak berjangka Nikkei 225: Naik 0,1%
- Kontrak berjangka S&P 500: Relatif stabil