Harga Minyak Tertekan Lagi: Optimisme Perdamaian Rusia-Ukraina dan Data Ekonomi Tiongkok Lemah
Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan awal Selasa (16 Desember 2025), melanjutkan kerugian sesi sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh prospek kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina yang semakin menguat, sehingga mendorong ekspektasi pelonggaran sanksi terhadap Rusia sebagai eksportir minyak utama.
Secara spesifik, harga minyak mentah Brent anjlok 24 sen atau 0,40% menjadi US$60,32 per barel pada pukul 01:01 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bergerak di level US$56,60 per barel, turun 22 sen atau 0,39%.
Optimisme pasar didorong oleh langkah berani AS yang menawarkan jaminan keamanan ala NATO untuk Ukraina. Pernyataan ini disampaikan para pejabat AS dalam pembicaraan dengan Presiden Ukraina di Berlin—sebuah tawaran belum pernah terjadi sebelumnya yang memicu harapan di sejumlah ibu kota Eropa bahwa konflik ini mendekati resolusi.
Namun, tekanan tambahan muncul dari data ekonomi Tiongkok yang dirilis Senin malam. "Data lemah ini semakin memicu kekhawatiran bahwa permintaan global mungkin tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan minyak baru-baru ini," tulis analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam catatan risetnya.
Data resmi menunjukkan pertumbuhan produksi pabrik Tiongkok melambat ke level terendah dalam 15 bulan. Penjualan ritel juga hanya tumbuh pada laju terlemah sejak Desember 2022, saat puncak pandemi COVID-19. Kekhawatiran ini muncul karena strategi Tiongkok yang bergantung pada ekspor untuk mengimbangi permintaan domestik mulai goyah. Sebagai pembeli minyak terbesar dunia, perlambatan ekonomi Tiongkok—ditambah maraknya kendaraan listrik—berpotensi menekan konsumsi minyak secara signifikan.
Faktor-faktor negatif ini mengimbangi kekhawatiran pasokan setelah AS menyita kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela pekan lalu. Para pedagang dan analis menilai bahwa kelebihan penyimpanan terapung serta lonjakan pembelian Tiongkok dari Venezuela (sebagai antisipasi sanksi) telah membatasi dampak insiden tersebut terhadap pasar.
Secara keseluruhan, kombinasi optimisme geopolitik dan sinyal lemah dari Tiongkok menandakan tantangan bagi harga minyak dalam jangka pendek, meski volatilitas tetap tinggi akibat ketidakpastian global.







