Pasar keuangan memasuki periode liburan akhir tahun dengan volume perdagangan tipis hingga awal Januari 2026. Kondisi ini meningkatkan risiko volatilitas akibat berita mendadak, seperti eskalasi ketegangan AS-Venezuela (blokade minyak atau potensi serangan militer), yang berpotensi mendorong harga minyak dan emas melonjak. Risiko lain mencakup panic selling di saham teknologi akibat kekhawatiran valuasi AI yang overvalued, meskipun efek reli Santa Claus cenderung minim musim ini. Investor disarankan tetap waspada menanti dua keputusan krusial Januari: putusan Mahkamah Agung AS mengenai legalitas tarif Trump (risiko ketidakpastian jika ditolak), serta nominasi ketua Fed baru oleh Trump (pengganti Powell pada Mei 2026, kemungkinan lebih dovish).
Data Ekonomi Utama yang Berpengaruh pada USD
Data AS mendominasi agenda, dengan potensi bias downside pada dolar AS jika hasil lemah. Jadwal kunci meliputi:
Akhir Desember 2025: PDB Q3 (estimasi 3,2% YoY, melambat dari 3,8% sebelumnya), pesanan barang tahan lama Oktober, indeks kepercayaan konsumen, serta risalah rapat Fed pada 30 Desember.
Awal Januari 2026: PMI ISM manufaktur (5 Januari), JOLTS, ADP, PMI jasa (8 Januari); Non-Farm Payroll (NFP) Desember (9 Januari, krusial jika pengangguran naik dari 4,6%—menguatkan ekspektasi pemotongan suku bunga Fed Januari); sentimen konsumen Michigan.
Data global pendukung: PDB Inggris, CPI Tokyo/Euro/Australia.
Data AS seperti PMI ISM dan NFP paling berpengaruh pada USD, sementara CPI Tokyo/Euro/Australia bisa memicu pergerakan regional.
Euro dan Pound: Mengabaikan Data Tenang Eropa
Situasi Eropa diprediksi sangat tenang. PDB Q3 Inggris rilis Senin ini, diikuti CPI awal Zona Euro Desember pada Rabu, 7 Januari. Namun, rilis ini kemungkinan tak menggoyang euro atau pound signifikan.
Bank Sentral Eropa (ECB) tetap jeda hingga pertengahan 2026, sementara Bank of England (BoE) baru saja potong suku bunga secara mengejutkan—pertumbuhan Inggris yang mengecewakan tak cukup ubah prospek kebijakan mereka.
CPI Tokyo: Ujian Pasca-Kenaikan Suku Bunga BoJ
Sementara pedagang global libur Natal, Jepang tetap aktif. CPI Desember wilayah Tokyo rilis Jumat, 26 Desember, bersamaan data produksi industri November, penjualan ritel, dan pengangguran.
Fokus pasca-kenaikan suku bunga BoJ Desember: seberapa cepat langkah berikutnya? Ringkasan Opini BoJ (29 Desember) jadi sorotan, tapi tekanan inflasi kuat bisa percepat penguatan yen. Pantau juga upah dan pengeluaran rumah tangga (8-9 Januari).
Diplomat Atsushi Mimura ancam tindakan "tepat" terhadap pelemahan yen berlebih pasca-rapat BoJ, khawatir penurunan tajam. Menteri Keuangan Satsuki Katayama siap respons—yen lemah picu inflasi impor dan biaya hidup.
CPI Australia: Petunjuk Kunci untuk RBA dan AUD
Di Asia lainnya, PMI manufaktur Tiongkok (Malam Tahun Baru dan 2 Januari) tarik perhatian AUD. Namun, CPI Australia November (7 Januari) jadi prioritas utama.
Reserve Bank of Australia (RBA) kemungkinan tunda kenaikan suku bunga Februari jika CPI bulanan turun dari lonjakan 3,8% YoY Oktober—menekan dolar Australia lebih lanjut.
Dengan volatilitas liburan tinggi, strategi defensif seperti lindung nilai aset safe-haven direkomendasikan hingga data Januari jelas.







