Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan signifikan sebesar 1,50% dari rekor tertinggi $4.058, dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS (DXY). Optimisme atas potensi gencatan senjata antara Israel dan Hamas memicu aksi ambil untung oleh para pedagang, sementara kembalinya para pedagang dari Tiongkok setelah liburan menambah volatilitas pasar.
Pada Kamis lalu, harga emas turun mendekati level terendah harian di $3.944. Penurunan ini didorong oleh aksi jual para pedagang yang membukukan keuntungan. Selain itu, berita positif terkait gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas menurunkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Meski demikian, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung tetap menjadi faktor geopolitik yang mempengaruhi sentimen pasar.
Dari sisi fundamental, emas diperkirakan masih memiliki potensi penguatan jangka panjang. Penutupan pemerintah AS yang telah berlangsung selama sembilan hari dan Risalah Rapat Federal Reserve (Fed) terbaru yang bersikap dovish memberikan sentimen positif. Para pembuat kebijakan Fed sepakat untuk mendukung pasar tenaga kerja yang melemah dan berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Gubernur Fed, Michael Barr, menyatakan bahwa inflasi jasa tidak akan terpengaruh secara luas oleh tarif baru, namun ketidakpastian inflasi dan pasar tenaga kerja memerlukan kebijakan moneter yang hati-hati. Pernyataan ini didukung oleh Neel Kashkari dari Fed Minneapolis yang setuju dengan pandangan tersebut.
Di sisi lain, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS turut menekan harga emas. Indeks Dolar AS (DXY) naik 0,62% ke 99,42, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun meningkat ke 4,148%. Imbal hasil riil yang bergerak berlawanan arah dengan harga emas juga naik menjadi 1,798%.
Michael Barr menambahkan bahwa suku bunga saat ini sudah cukup ketat, dan target inflasi 2% akan sulit dicapai dalam waktu dekat, mengingat perekonomian AS masih menunjukkan ketahanan dengan konsumsi yang kuat, yang mendukung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal ketiga 2025.
Sementara itu, Goldman Sachs merevisi proyeksi harga emas untuk tahun 2026 dari $4.300 menjadi $4.900, didukung oleh arus masuk kuat ke ETF emas dan permintaan dari bank sentral. Pasar juga memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir Oktober, dengan probabilitas mencapai 94%.
Secara teknis, meski reli emas masih bertahan, momentum mulai menunjukkan tanda koreksi. Relative Strength Index (RSI) turun dari 86,13 ke 75,40, mendekati level jenuh beli yang biasanya memicu sinyal jual. Penurunan XAU/USD di bawah $4.000 bisa memicu retracement menuju Simple Moving Average (SMA) 20 hari di kisaran $3.800.
Namun, jika harga berhasil kembali di atas $4.000, kemungkinan uji ulang rekor tertinggi di $4.059 hingga $4.150 terbuka. Sebaliknya, penutupan harian di bawah $3.950 akan memperbesar peluang koreksi lebih dalam.