dolar-bangkit-oleh-pidato-bostic.jpgSumber Foto: mynet.com

Dolar Bangkit Oleh Pidato Bostic, Sempat Tertekan Karena Naiknya Pengangguran

berita

radityo - octaNews

17 Des 2025 11:37 WIB

Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, menekankan bahwa pembuat kebijakan moneter harus tetap prioritas menangani inflasi. Menurutnya, tekanan harga tinggi diproyeksikan bertahan hingga sebagian besar 2026.

Dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 9–10 Desember, Bostic tidak hanya mendukung keputusan menahan suku bunga, tapi juga merekomendasikan agar suku bunga dipertahankan hingga 2026. Alasannya, berbagai faktor ekonomi berpotensi mempertahankan inflasi di level tinggi. Meski begitu, Bostic bukan pemegang hak suara FOMC tahun ini, sehingga mayoritas anggota pemilih justru memilih menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps)—pemangkasan ketiga sepanjang tahun.

“Setelah mempertimbangkan semua faktor, hingga hari ini saya masih memandang stabilitas harga sebagai risiko yang lebih jelas dan mendesak, meskipun ada perubahan di pasar tenaga kerja,” tulis Bostic dalam esai yang diterbitkan Selasa (16/12). Ia memproyeksikan inflasi baru mereda paling cepat pertengahan hingga akhir 2026, dengan tingkat tetap di atas 2,5% hingga akhir tahun tersebut.

Pandangan Beragam di Fed

Pembuat kebijakan Fed memiliki visi yang beragam soal arah suku bunga. Keputusan pemangkasan pekan lalu diwarnai tiga suara disiden: dua presiden bank regional ingin mempertahankan suku bunga, sementara Gubernur Stephen Miran mendorong pemangkasan lebih agresif 50 bps. Enam pembuat kebijakan lain juga memproyeksikan penolakan terhadap pemangkasan tersebut.

Proyeksi median FOMC meramalkan hanya satu pemangkasan suku bunga tahun depan. Data ini disusun sebelum rilis angka pengangguran naik ke 4,6% pada November (16/12). Sebaliknya, pasar—berdasarkan kontrak berjangka—memperkirakan dua pemangkasan masing-masing 25 bps.

Risiko Inflasi Lebih Mendesak

Bostic menyebut perbedaan pendapat ini sebagai bukti keputusan "pilihan ketat". Ia menilai pelemahan pasar tenaga kerja belum parah; perusahaan hanya menyesuaikan ekspansi pascapandemi yang berlebihan atau beralih ke teknologi pengganti pekerja—pergeseran struktural yang tak bisa diatasi suku bunga semata.

Survei bisnis Fed Atlanta menunjukkan perusahaan berencana naikkan harga hingga jauh ke 2026, tak hanya akibat tarif impor. Inflasi "supercore" sektor jasa (tanpa perumahan) berpotensi jaga inflasi PCE utama mendekati 3%. “Jika kekuatan inflasi bertahan berbulan-bulan, saya khawatir publik dan penentu harga akan ragu Fed capai target 2% dalam waktu wajar,” tambah Bostic.

Disclaimer :

Transaksi perdagangan berjangka komoditi atau trading derivative memiliki potensi kerugian dan keuntungan yang tinggi, harap pastikan bahwa Anda mengambil tindakan yang tepat untuk dapat mengelolanya.