data-inflasi-consumer-sentiment-as-akan-menjadi-perhatian .jpgSumber Foto: keuangannews.id

Data Inflasi dan Consumer Sentiment AS Akan Menjadi Perhatian Pasar Minggu ini

berita

radityo - octaNews

24 Nov 2025 11:39 WIB

Pekan ini menjadi masa sulit bagi aset berisiko, di mana indeks utama AS turun tajam antara 5,5% hingga 8,5% dari puncaknya, disertai peningkatan volatilitas pasar yang mencerminkan sentimen bearish jangka pendek. Nvidia  melaporkan pendapatan kuartal III yang kuat dan CEO-nya optimis terhadap prospek bisnis, namun sentimen negatif pasar tidak berubah akibat kekhawatiran akan valuasi yang berlebihan dan pembelanjaan AI yang melebihi kapasitas saat ini. Pasar kripto, khususnya Bitcoin , juga mengalami penurunan signifikan.

Pidato hawkish The Fed memperlemah selera risiko investor, menggeser peluang pemangkasan suku bunga The Fed Desember dari 90% menjadi hanya 27%, didukung risalah FOMC yang menunjukkan sikap ketat terkait kebijakan moneter. Fokus pekan ini adalah pada data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) dan sentimen konsumen yang berpotensi memengaruhi ekspektasi suku bunga serta pertumbuhan ekonomi kuartal IV. Pekan ini juga diperkirakan lebih singkat karena adanya libur Thanksgiving dan Black Friday, yang menyebabkan likuiditas pasar menurun.

Ketegangan Perdagangan dan Geopolitik

Faktor tak terduga juga menjadi ancaman bagi stabilitas sentimen pasar. Pertama, terdapat ketidakpastian terkait sikap pemerintah AS terhadap ekspor chip buatan luar negeri, termasuk RUU GAIN AI yang tengah dibahas Kongres. RUU ini mengharuskan perusahaan chip AS seperti Nvidia memprioritaskan pasokan chip AI untuk pasar domestik dan membatasi ekspor, yang bisa memicu ketegangan dengan China. Kedua, prospek kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia dapat mengubah dinamika pasar. Meski awalnya menguntungkan Rusia, kesepakatan ini bisa membuka jalan bagi kelanjutan negosiasi yang dapat mendukung selera risiko. Ketiga, harga emas yang kini melemah mendekati level $3.886 menunjukkan potensi tantangan terhadap tren bullish jangka panjang di tengah penurunan pasar saham dan sentimen yang dapat berbalik akibat kemajuan politik atau ekonomi.

Anggaran Inggris dan Dampak pada Pound Sterling serta Dolar AS

Anggaran Inggris 2026 yang akan disampaikan Kanselir Rachel Reeves pada 26 November menghadirkan tantangan besar untuk menutup defisit fiskal sebesar £20 miliar dengan opsi kenaikan pajak yang sedang dieksplorasi, termasuk kemungkinan pajak properti yang lebih tinggi, setelah pembatalan kenaikan pajak pribadi. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah (gilt yield) dan pelemahan poundsterling memberikan tekanan tambahan pada anggaran. Pilihan fiskal yang terlalu agresif berpotensi memicu krisis politik yang melemahkan posisi Perdana Menteri Starmer, sementara anggaran yang lebih lunak pajak dapat memperburuk sentimen pasar terhadap pound. Bank of England menghadapi tekanan untuk menurunkan suku bunga pada Desember, dengan ekspektasi pemotongan 25 basis poin pada Juli 2026 sudah diperhitungkan, sebagai respons terhadap reaksi pasar terhadap anggaran dan data inflasi yang melemah.

Disclaimer :

Transaksi perdagangan berjangka komoditi atau trading derivative memiliki potensi kerugian dan keuntungan yang tinggi, harap pastikan bahwa Anda mengambil tindakan yang tepat untuk dapat mengelolanya.