Harga emas dunia (XAU/USD) bergerak menguat ke sekitar USD 3.695 per troy ounce pada awal sesi Asia, didorong oleh pelemahan Dolar AS (USD) dan meningkatnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Fokus Pasar: Keputusan Suku Bunga The Fed
Seluruh perhatian investor kini tertuju pada keputusan kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan Rabu, 17 September 2025. Bank sentral AS secara luas diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), menjadi kisaran 4,00%–4,25%. Jika terealisasi, langkah ini akan menandai pemangkasan suku bunga pertama di tahun 2025.
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan tambahan pada akhir tahun semakin menguat, menyusul data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja serta inflasi yang cenderung stabil tanpa kejutan berarti. Kondisi tersebut memperkuat prospek kebijakan moneter yang lebih longgar.
Dampak pada Emas
Suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi opportunity cost dalam memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas, sehingga mendukung kenaikan harga logam mulia.
“Ketidakpastian pertumbuhan global dan risiko geopolitik terus menjaga permintaan safe haven tetap tinggi, tetapi reli emas sebagian besar didorong oleh antisipasi pemangkasan suku bunga agresif dari The Fed,” ujar Zain Vawda, analis MarketPulse OANDA.
Faktor Geopolitik: AS–Tiongkok dalam Sorotan
Selain kebijakan The Fed, pasar juga mencermati dinamika perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer, serta Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng.
Setiap perkembangan positif, seperti meredanya ketegangan perdagangan atau membaiknya sentimen risiko, berpotensi mengurangi permintaan terhadap aset safe haven dan menekan harga emas. Sebaliknya, eskalasi ketegangan dapat kembali memperkuat minat investor pada logam mulia ini.
Harga emas saat ini ditopang oleh kombinasi pelemahan dolar AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, serta ketidakpastian geopolitik. Keputusan FOMC Rabu dini hari akan menjadi faktor penentu arah emas berikutnya, sementara perkembangan hubungan dagang AS–Tiongkok tetap menjadi variabel penting yang memengaruhi sentimen pasar.