Harga emas melonjak mencapai rekor tertinggi baru sekitar $4.505 per troy ounce selama sesi perdagangan Asia pada hari Rabu (24 Desember 2025). Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe-haven akibat konflik Israel-Iran serta ketegangan AS-Venezuela. Selain itu, data inflasi AS yang rendah baru-baru ini dan laporan pekerjaan yang lemah memicu ekspektasi pasar untuk setidaknya dua pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) AS sepanjang tahun depan.
Ulasan Analisis Fundamental
Pada hari Selasa sebelumnya, emas sempat menyentuh $4.497 per troy ounce di sesi Eropa, didukung pelemahan Dolar AS (USD) di tengah ketegangan geopolitik Timur Tengah—terutama berita Israel yang mempertimbangkan eskalasi perang dengan Iran. Meski demikian, USD mendapat sentimen positif dari data AS yang solid: perubahan pekerjaan ADP selama 4 minggu naik 11.500 (meski lebih rendah dari 16.250 sebelumnya), PDB kuartal ketiga tumbuh 4,3% secara tahunan (dari 3,8%), dan Indeks Harga PDB melonjak menjadi 3,7% dari 2,1%. Namun, Indeks Kepercayaan Konsumen turun tipis ke 89,1 dari 92,9 pada November, memperkuat harapan pelonggaran moneter Fed.
Ulasan Analisis Teknikal
Pada sesi Asia Selasa, emas naik ke $4.497 per ounce, dipicu faktor geopolitik dan penurunan data inflasi AS. Koreksi harga tampak terbatas karena volume transaksi tipis menjelang libur Natal dan Tahun Baru.
Support kunci: $4.480, $4.470, hingga $4.450.
Resistance utama: $4.525, $4.550, hingga $4.563.
Emas diproyeksikan bergerak dalam rentang $4.470–$4.562 dalam jangka pendek, dengan potensi breakout jika ketegangan global berlanjut.